Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Indonesia untuk Republik Uzbekistan dan Republik Kirgistan, Prof. Dr. H. Sunaryo Kartadinata, M.Pd. menyebutkan laboratorium yang dimiliki oleh Universitas YARSI sangat luar biasa. Hal itu dikemukakannya pada kunjungan ke Universitas YARSI (Selasa, 08/01/2020) di Jalan Cempaka Putih, Jakarta Pusat.
Dubes Sunaryo dan rombongan disambut
oleh Rektor Universitas YARSI, Prof. dr. Fasli Jalal, Ph.D., yang didampingi
beserta 3 orang Wakil Rektor dan beberapa pejabat struktural UY lainnya. Begitu
datang langsung diajak berkeliling melihat fasilitas-fasilitas yang ada di UY
seperti perpustakaan di lantai 2 dan 3, ruang laboratorium di lantai 11, dan
ruang Auditorium Ar-Rahman yang megah dan sanggup menampung 1500 audiens, serta
Auditorium Ar-Rahim dan Al-Kudus yang berkapasitas 350 orang.
Setelah itu, Dubes Sunaryo diajak
masuk ke ruang Senat Akademik UY yang mana kehadirannya sudah ditunggu oleh
beberapa pejabat struktural, beberapa dosen, dan mahasiswa UY untuk
mendengarkan kuliah umum dari mantan Rektor UPI dua periode 2005-2015 itu.
Turut hadir Ketua Pengurus Yayasan – Prof. dr. Jurnalis Uddin. PAK. yang
didampingi sekretaris Yayasan YARSI – Shanti Jurnalis, Sp.A, M. Kes.
Prof. Fasli Jalal membuka acara dan
memperkenalkan secara singkat Dubes Sunaryo yang dilanjutkan dengan kuliah umum
berkaitan dengan seputar Republik Uzbekistan dan peluang-peluang apa yang bisa
dikerjasamakan dengan Universitas YARSI.
”Duta Besar itu ibarat etalase negara kita di luar negeri. Dubes harus melakukan yang terbaik bagi Indonesia dan harus mampu ’menjual’ potensi yang bisa diandalkan demi kemajuan bangsa serta hubungan antarnegara,” ujar Sunaryo yang dilantik sebagai Dubes oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta pada 7 Januari 2019 silam.
Dubes Sunaryo menjelaskan Uzbekistan
dan Kirgistan merupakan dua dari lima negara yang termasuk ke dalam kawasan
Asia Tengah, selain Kazakstan, Tajikistan, dan Turkmenistan. Uzbekistan
merupakan negara landlock alias tidak berbatasan dengan laut. Ini berpengaruh
secara ekonomi, termasuk peluang ekspor. Bila barang diangkut dengan pesawat
maka harganya akan menjadi mahal.
Guru Besar Bimbingan dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia itu akan menjajaki peluang kerja sama apa yang
bisa dilakukan antara UY dengan Uzbekistan terutama dengan perguruan-perguruan
tinggi yang ada di sana. Kerja sama tersebut bisa dalam bentuk pendidikan,
penelitian, dan lain sebagainya terutama bidang kesehatan dan farmasi.
”Nama Indonesia harus muncul di
panggung internasional, terutama di Uzbekistan. Kita masih defisit dalam hal
ekspor ke Uzbekistan. Kami akan cari peluang-peluang seperti industri,
kerajinan, dan lain sebagainya. Aspek lain yang akan dikembangkan dalam waktu dekat
ini ialah bidang pariwisata,” ujarnya.
Dubes Sunaryo menuturkan, Republik
Uzbekistan sebelumnya merupakan bagian dari Uni Soviet. Mata uangnya, Som
Uzbekistan. Sebanyak 80 persen dari jumlah penduduk Uzbekistan adalah Muslim.
Bahkan di negara itu, tepatnya di Kota Samarkand, terletak makam perawi hadis
Imam Buchori dan tempat itu dijadikan sebagai salah satu objek wisata di sana.
Namun, sebagai orang pendidikan, Dubes Sunaryo akan terus mengembangkan kerja
sama bidang pendidikan. (ART)
Sumber: https://www.yarsi.ac.id