Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Soekarno pernah menggambarkan hubungan Indonesia-Uzbekistan sebagai persahabatan yang jauh di mata, dekat di hati. Namun, persahabatan ini belum cukup diejawantahkan dalam kerja sama ekonomi. Untuk mengetahui strategi meningkatkan hubungan kedua negara, Bisnis.com mewawancarai Duta Besar RI untuk Uzbekistan merangkap Kirgizstan Sunaryo Kartadinata.
Berikut petikannya.
Bagaimana Anda
menggambarkan hubungan bilateral RI-Uzbekistan saat ini?
Hubungan Indonesia-Uzbekistan
berlangsung sangat baik, dalam posisi kesetaraan, saling mendukung, dan tidak
ada masalah politik di antara keduanya. Kegiatan mempromosikan masing-masing
negara terfasilitasi dalam posisi saling mendukung. Kedua negara memiliki
semangat yang sama-sama tinggi untuk meningkatkan dan memperkokoh kerja sama di
berbagai bidang. Kedua negara telah memiliki kesepakatan fasilitas bebas visa
kunjungan yang memudahkan warga kedua negara saling berkunjung.
Refleksi hubungan bilateral yang
baik ditunjukkan dengan adanya saling kunjungan antarpejabat, pembuatan
kesepakatan bilateral dalam berbagai bidang, kerja sama di forum regional
maupun multilateral atau internasional—ditandai dengan komitmen kedua negara
dalam rangka pemberian dukungan dalam pencalonan di organisasi internasional
maupun saling dukung dalam forum internasional.
Selain itu, hubungan bilateral ditunjukkan dengan upaya peningkatan people to people contact kedua negara melalui berbagai cara dan media, seperti promosi sosial budaya, ikut berpartisipasi atau joint program pada kegiatan seni budaya, dan pariwisata, guna memelihara hubungan baik dan positif kedua negara.
Apa yang menjadi program prioritas dan target Anda sebagai Dubes?
Uzbekistan selain sebagai
negara double land lock, juga negara yang dibanjiri produk industri
negara-negara besar sekitarnya, seperti Turki, China, India, Korea, dengan
akses transportasi mudah. Kondisi ini membuat ekspor Indonesia untuk produk
sejenis menjadi tidak kompetitif. Oleh karena itu, ekspor Indonesia mesti
diimbangi dengan produk lokal unggulan yang berdaya saing tinggi. Dengan alasan
seperti itu, maka prioritas program yang dibawa adalah ekonomi, terutama produk
lokal unggulan Indonesia, seperti produk halal, kopi, buah tropis, destinasi
wisata, pendidikan, dan kepakaran.
Kami juga memperluas akses dan misi sosial budaya, menguatkan peran Indonesia di dunia internasional serta dukungan dari negara akreditasi terhadap integritas, keutuhan, dan kedaulatan wilayah RI, dan peningkatan kapasitas perwakilan melalui terwujudnya pertemuan berbagai pejabat kedua negara. Dalam forum regional, kami berupaya meningkatkan hubungan kerja sama antarorganisasi regional mengingat kedua negara menjadi anggota, seperti antara Asean dan Euro Asia Economic Union (EAEU) atau Central Asia Regional Economic Cooperation (CAREC), maupun organisasi lainnya. Agar kiranya Uzbekistan yang berada di Asia Tengah yang merupakan nontraditional market mendapat pertimbangan khusus untuk masuk dalam prioritas pemerintah RI, karena selama ini hubungan bilateral maupun pemberian dukungan terhadap Indonesia dalam forum internasional berjalan baik.
Apakah tugas khusus yang diamanatkan pemerintah kepada Anda?
Tugas khususnya berkaitan dengan isu terwujudnya
dukungan terhadap integritas dan kedaulatan RI, terwujudnya saling kunjung atau
pertemuan antarpejabat-parlemen dan pemerintah.
Selain itu, peningkatan target
ekspor produk ke wilayah akreditasi sekitar minimal US$5 juta pada 2019,
peningkatan jumlah transaksi bisnis dalam TEI (Trade Expo Indonesia), promosi
ekonomi maupun sosial budaya, seperti bahasa, olahraga, dan pencak silat,
melalui kolaborasi dengan kementerian/lembaga terkait, mendorong peningkatan
angka kunjungan wisatawan sekitar 5.000 orang hingga akhir 2019.
Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul "", Klik selengkapnya di sini: https://kabar24.bisnis.com/read/20191128/19/1175295/dubes-ri-untuk-uzbekistan-kirgiztan-sunaryo-kartadinata-ubah-orientasi-pasar.
Author:
Editor : Hendra Wibawa