Oleh
: H. Sutan Zaili Asril
Wartawan Senior Harian Pagi
Padang Ekspres
Sungguh Cucu Magek Dirih terkaget-kaget
mengikuti/ mendengarkan/mencermati kuliah umum Sunaryo Kartadinata yang
menandai pembukaan semester ganjil Pascasarjana IAIN Imam Bonjol Padang di
Kampus Sudirman Padang, Sabtu 15 September 2013. Kaget karena pada kapasitasnya
sebagai Rektor UPI/Ketua Umum PB ISPI, ia tak terlibat/dilibatkan Mendikbud M
Nuh dalam penyusunan Kurikulum 2013; karena pada dasarnya, ternyata, ia menolak
kurikulum 2013—karena sudah jadi kebijakan yang tergopoh ia mengusulkan supaya
dilakukan langkah pilotting kurikulum 2013; dan sesungguhnya tidak ada yang
salah/perlu diubah pada UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas—kecuali karena
tak ada kata/kalimat ”pendidikan karakter” yang mencuat secara latah.
Sesungguhnya, berdasarkan kapasitas/penguasaan masalah dan posisinya, Sunaryo
selayaknya memangku posisi yang mengambil kebijakan sistem pendidikan
nasional—Cucu Magek Dirih yang memimpikan demikian.
SEBAGAI mahasiswa pascasarjana pada
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Imam Bonjol Padang, Cucu Magek Dirih merasa
sangat beruntung dapat hadir/mengikuti kuliah umum dengan Rektor Universitas
Pendidikan Indonesia (UPI) Prof Dr H Sunaryo Kartadinata MPd, Sabtu (15/9) di
kamopus Sudirman Padang—pada tempatnya Direktur Pascasarjana Prof
Awiskarni/Rektor Prof Makmur Syarif mendatangkannya untuk memberikan studium
general tahun semester ganjil 2013. Topik kuliah umum tentang Kurikulum 2013
yang sedang diberlakukan pada 6.500 unit sekolah dasar/sekolah menengah
pertama/sekolah menengah atas/sederajat di seluruh daerah Indonesia terhitung
medio Agustus 2013. Mendikbud Mohammad Nuh pula menampakkan antusiasmenya
dengan menyebut: selain 6.500 unit sekolah yang diikutkan dalam pelaksanaan Kurikulum
2013, juga ada banyak lagi sekolah negeri/swasta yang berkeinginan ikut serta.
Dalam kuliah umum Prof Surnayo menyampaikan pandangan dan rekomendasi, yang di
antaranya membuat Cucu Magek Dirih terkaget-kaget.
Sunaryo Kartadinata lahir di Ciamis,
Jabar, 21 Maret 1950 (umur 63 tahun), seorang guru besar UPI (dulu IKIP
Bandung) dan rektor UPI periode 2005-2010/2010-2015, yang juga Ketua Umum
Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) periode 2009-2014. Ahli ilmu bimbingan
konseling pendidikan ini meraih master bimbingan konseling pada IKIP Bandung
(1983), sandwich program di University of New York (1986), dan gelar doktor
dalam ilmu bimbingan konseling IKIP Bandung (1988). Sunaryo, Ketua Umum PB
Asosiasi Bimbingan Konseling (ABKIN, 2001-2006), Ketua II ISPI di Jakarta
(2004-2009), Ketua Majelis Eksekutif Asosiasi LPTK Indonesia (2005-2010), Ketua
Umum Forum Pendidikan Anak Usia Dini Jawa Barat (2006-2011), Pengurus Ikatan
Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Bidang Pendidikan dan Pengembangan SDM
(2010-2015), Ketua Umum ISSE Bandung (2002-sekarang), Ketua Dewan Pembina PB
Musyawarah Guru Bimbingan Konseling (MGBK, 2012-sekarang), Dewan Penasihat
Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Jabar (2012-sekarang), dan Ketua Umum ISPI (2009-sekarang).
Sebagai pakar, Soenaryo ditemukan dua
buku ditulisnya. Yaitu, Sunaryo Kartadinata, Membangun Keutuhan Bangsa Melalui
Pendidikan dalam Bingkai Utuh Sistem Pendidikan Nasional, UPI, 2009; Sunaryo
Kartadinata, Mewujudkan visi Leading and Outstanding dalam Pendidikan Tenaga
Kependidikan, UPI, 2008. Karena mempertimbangkan empat buku lain yang
berkaitan dengan keberadaan/peran Sunaryo, maka Cucu Magek Dirih membeli satu
buku pertama. Empat buku berkaitan adalah: Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan
FIP-UPI, Ilmu & Aplikasi Pendidikan Bagian Satu Pendidikan Teoritis,
Imtima, 2007; Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu & Aplikasi
Pendidikan Bagian Dua Ilmu Pendidikan Praktis, Imtima, 2007; Tim Pengembangan
Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu & Aplikasi Pendidikan Bagian Tiga Pendidikan
Disiplin Ilmu, Imtima, 2007; dan Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu
& Aplikasi Pendidikan, Bagian Empat Pendidikan Lintas Bidang, Imtima,
2007. Jadi, walau baru bertemu directly di kuliah umum, Cucu Magek Dirih sudah
”mengenal pikiran” Soenaryo sebelumnya.
Kurikulum perangkat mata pelajaran/program
pendidikan yang diberikan penyelenggara pendidikan, berisi rancangan
pelajaran untuk peserta didik/satu periode pendidikan. Perangkat mata pelajaran
disesuaikan keadaan/kemampuan jenjang pendidikan/kebutuhan kerja. Waktu
kurikulum disesuaikan maksud/tujuan sistem pendidikan. Kurikulum untuk mengarahkan
pendidikan menuju tujuan dalam kegiatan pembelajaran secara menyeluruh. Satu
fungsi kurikulum, alat mencapai tujuan pendidikan. Pada kurikulum ada komponen
pokok/penunjang saling berkaitan-berinteraksi. Merupakan satu sistem dari
berbagai komponen saling berkaitan/tidak bisa dipisahkan satu dan lainnya.
Para ahli berbeda pendapat menetapkan komponenn kurikulum. Ada yang
mengemukakan 5 komponen: komponen tujuan; komponen isi/materi; komponen media
(sarana/prasarana); komponen strategi; dan komponen PBM. Atau 4 komponen:
objective/tujuan; knowledges/isi/materi; school learning experiences/interaksi
belajar mengajar di sekolah; evaluation/penilaian. Intinya: tujuan; isi dan
struktur kurikulum; strategi pelaksanaan proses belajar mengajar, dan evaluasi.
Fungsi-fungsi kurikulum pendidikan:
pertama, kurikulum sebagai alat mencapai tujuan pendididkan. Ditentukan: kurikulum
alat mencapai tujuan pendidikan nasional, program yang dilaksanakan
guru/murid dalam PBM; pedoman guru/siswa dan PBM berjalan dengan baik. Kedua,
kurikulum bagi sekolah: alat mencapai tujuan pendidikan; pedoman dalam
mengatur semua kegiatan PBM di sekolah: jenis program, cara menyelenggarakan,
siapa bertanggung jawab. Ketiga, kelanjutan tingkat di atasnya
(kesinambungan)/mengetahui kurikulum di tingkat bawahnya; penyiapan tenaga
guru/materi: isi/organisasi/cara mengajar. Keempat, bagi guru yang melaksanakan
dan mengembangkan kurikulum. Kelima, bagi kepala sekolah/barometer untuk
pengukur keberhasilan program sekolah. Keenam, kurikulum bagi pengawas
(supervisor): pedoman, patokan, atau ukuran, penyempurnaan. Ketujuh,
kurikulum bagi masyarakat: tahu akan pengetahuan/sikap/nilai/keterampilan
dibutuhkan apa relevan dan atau tidak. Kedelapan, kurikulum bagi pemakai
lulusan: instansi/perusahaan dan peningkatan produktivitas.
TOPIK yang diketengahkan Sunaryo,
Implementasi Kurikulum 2013: Antara Prospek dan Tantangan. Agar agak paham,
Cucu menjajarkan sejarah perkembangan sistem pendidikan nasional Indonesia,
dimulai dengan Rencana Pelajaran 1947—kurikulum pertama di RI dan istilah
kurikulum belum digunakan. Lalu, Rencana Pelajaran 1954, Kurikulum
1968—kurikulum terintegrasi pertama Indonesia, Kurikulum 1975—kurikulum rinci
yang disebut Sunaryo sebagai ”kurikulum terbaik pernah dimiliki sistem
pendidikan nasional Indonesia”, Kurikulum 1984—merupakan penyempurnaan
kurikulum 1975 (pada catatan Cucu Magek Dirih, Kurikulum 1984 disusun oleh
Komisi Pembaharuan Pendidikan Nasional dibentuk Presiden Soeharto tahun 1979
dipimpin Prof Slamet Iman Santoso sebagai Ketua/Ketua LIPI Prof. Tubagus Tivai
sebagai wakil ketua, dan bekerja keras selama 14 tahun—Mendikbud Daoed Joesoef
menyediakan segala kebutuhan KPPN sampai ditetapkan Kurikulum 1984), lalu
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004—belum diterapkan di seluruh sekolah
di Indonesia/beberapa sekolah mengujicoba, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) 2006—KBK jiwa KTSP/KTSP mengadopsi KBK—yang dikembangkan Badan Standar
Nasional Pendidikan, dan Kurikulum 2013.
Surnaryo berbicara empat hal—Cucu Magek
Dirih mencatat layaknya masih wartawan: pertama, tentang titik-titik kritis
pendidikan di Indonesia, antara lain, bahwa pendidikan di Indonesia saat itu
dituding sebagai tidak membentuk karakter; perilaku kekerasan di tengah
masyarakat; mutu pendidikan dianggap rendah: nilai ujian dan pemerintah: test
siswa berstandar internasional; dan kurikulum tidak membangun generasi masa
depan yang gemilang. Kedua, kurikulum 2013 mestilah tentang penyiapan manusia
Indonesia di masa depan; kesalahan bahwa Kurikulum 2013 tidak berdasarkan
riset: perkembangan manusia dibawa kemana?; gambaran manusia Indonesia 20 tahun
ke depan (justru Thailand sudah melakukan, memiliki gambaran manusia Thailand
tahun 2020). Titik kritis lain, ledakan 60 persen penduduk persen penduduk
Indonesia usia 20-50 tahun akan menjadi usia produktif (2034). bonus demografi,
bagaimana penduduk meningkat tajam menjadi bonus benar-benar; bagaimana
dengan PAUD versus perguruan tinggi, tidak jadi generasi loss (generasi yang
khilaf); dan kesanggupan perguruan tinggi menghasilkan lulusan yang produktif;
apa kurikulum 2013 mampu menerapi titik kritis pendidikan; membangun kesadaran
warga Indonesia sebagai warga ASEAN/belum punya strategi masyarakat Asia Raya
2015.
Nah! Seperti apa pendidikan Indonesia
tahun 2045? Keberadaan teknologi informasi: TI akan menjadi kurikulum baru;
kehidupan yang semakin kompleks: defisit lingkungan; keniscayaan determinasi
aspek lokal; defisit lingkungan memaksa mendorong menonjolan aspek/potensi
lokal—mendorong perkembangan produksi/perekonomian lokal; membangun kultur
berinovasi: berpikir kritis/kecakapan berpikir tinggi, kebersungguhan dan
mencari pembaharuan/melakukan perubahan, melalui proses pendidikan; apa yang
dapat diperbuat dengan mengetahui sesuatu; cara kerja berdasarkan
komunikasi/kalaborasi; dan bagaimana Indonesia memasuki pasar kerja global;warga
dunia/global, daya saing (living in the world). Dan bagaimana reposisi
pendidikan? Calon guru harus dibekali dengan Kurikulum 2013. Kurikulum 2013,
kata Soenaryo, berimplikasi pada kurikulum di Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan (LPTK). Pendekatan kurikulum LPTK harus menekankan metode
observasi, nalar dalam sains, sosial, dan budaya. Mendikbud M Nuh membenarkan
hal itu.
Sosialisasi dilakukan di dua lokasi;
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat dan UPI, dihadiri ribuan guru/kepala
sekolah/pengawas se-Jawa Barat. Mendikbud menegaskan pendekatan materi yang
diajarkan di LPTK bersumber dari Kurikulum 2013. Calon guru diperkuat materi
Kurikulum 2013. LPTK melakukan pendampingan saat pelatihan guru.
Kurikulum 2013 kata Nuh, menyiapkan
generasi yang kuat dari sisi ilmu, sikap, dan ketrampilan. Metode pengajaran
lebih menekankan pada metode siswa aktif dengan observasi, penalaran, dan
analisis. Sunaryo mengatakan tematik integratif di dalam Kurikulum 2013 sudah
lama menjadi substansi pembahasan di LPTK. Namun, perlu waktu
mengimplementasikan pada guru-guru. Sunaryo menegaskan hal utama dalam
implementasi Kurikulum 2013 adalah memperkuat pemahaman terhadap kurikulum
secara utuh sehingga strategi implementasi terus membangun proses penyelenggaraan
pendidikan, yang tidak hanya makro, tapi, justeru mikro: bagaimana implementasi/evaluasi
tidak hanya pada murid/lulusan, bagaimana penyelenggaraan pendidikan
dilaksanakan. (*)
Sumber : Padang Ekpres